Inflasi adalah kecenderungan dari
harga-harga untuk menaik secara umum dan terusmenerus. Kenaikan harga dari satu
atau dua barang saja tidak disebut inflasi, kecuali bilakenaikan tersebut
meluas kepada (atau mengakibatkan kenaikan) sebagian besar dariharga
barang-barang lain, Boediono (1982: 155). Dalam praktek, inflasi dapat
diamatidengan mengamati gerak dari indek harga. Tetapi di sini harus
diperhitungkan ada tidaknya suppressed inflation (inflasi yang ditutupi).
Dampak inflasi adalah bila harga
barang secara umum naik terus-menerus, maka masyarakat akan panik,sehingga
perekonomian tidak berjalan normal, karena di satu sisi ada masyarakatyang
berlebihan uang memborong barang, sementara yang kekurangan uang
tidak bisa membeli barang, akibatnya negara rentan terhadap segala
macam kekacauanyang ditimbulkannya. Sebagai akibat dari kepanikan tersebut maka
masyarakat cenderung untuk menarik tabungan guna membeli dan menumpuk
barang sehingga banyak bank di rush,akibatnya bank kekurangan dana dan
berdampak pada tutup atau bangkrut, ataurendahnya dana investasi yang tersedia.
Produsen cenderung memanfaatkan kesempatan kenaikan harga untuk memperbesar keuntungan
dengan cara mempermainkan harga di pasaran, sehingga harga akan terusmenerus
naik.
Sedangkan perkembangan inflasi di
Indonesia, seperti halnya yang terjadi pada negara-negara berkembang pada
umumnya, fenomenainflasi di Indonesia masih menjadi satu dari berbagai penyakit
ekonomi makro yang meresahkan pemerintah terlebih bagi masyarakat. Memang,
menjelang akhir pemerintahan Orde Baru (sebelum krisis moneter)
angka inflasi tahunan dapat ditekansampai pada single digit , tetapi
secara umum masih mengandung kerawanan jika dilihat dari seberapa besar
prosentase kelompok masyarakat golongan miskin yang menderitaakibat inflasi.
Lebih-lebih setelah semakin berlanjutnya krisis moneter yang kemudian diikuti
oleh krisis ekonomi, yang menjadi salah satu dari penyebab
jatuhnya pemerintahan Orde Baru, angka inflasi cenderung meningkat pesat
(mencapai lebih dari75 % pada tahun 1998), dan diperparah dengan semakin
besarnya presentase golonganmasyarakat miskin. Sehingga bisa dikatakan, bahwa
meskipun angka inflasi di Indonesia termasuk dalam katagori tinggi, tetapi
dengan meninjau presentase golongan masyarakat ekonomi bawahyang menderita
akibat inflasi cukup besar, maka sebenarnya dapat dikatakan bahwa inflasi di
Indonesia telah masuk dalam stadium awal dari hyperinflation.
Sumber:
Atmaja, Adwin. 1999. INFLASI DI INDONESIA:
SUMBER-SUNMBER PENYEBAB DAN PENGEN DALLANNYA, Jurnal Akuntansi dan Keuangan
Vol. 1, No. 1, Mei 1999, Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonoi, Universitas
kristen Petra.
Bank Indonesia. 2010. Data Inflasi, (Online),
(diakses dari (http://www.bi.go.id/Moneter/Inflasi/Data+Inflasi/ ,pada 11 November 2010).
Boediono. 1982. Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi
No.2 Ekonomi Makro Edisi 4. Yogyakarta; BPFE.
Nopirin. 2000. Ekonomi Makro, Buku2, Edisi1.
Yogyakarta: BPFE.
Putong, Iskandar. 2002. Ekonomi Mikro&Makro,
Jilid2. Jakarta; Ghalia Indonesia.
Soleh, Muhammad. 2008. Perkembangan Moneter(Inflasi)
Indonesia, (Online), (diakses dari http://muhammadsoleh.blogspot.com/2008/02/perkembangan-moneter-inflasi-indonesia.html, pada 27 September 2010).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar